Penulis: Dr. H. Abd. Latif Bustami, M.Si
Penerbit: Pustaka Bayan
Cetakan: I, Maret 2009
Ukuran: 14.5 x 20.9 cm
Halaman: xv + 271 hlm
ISBN: 978-979-3766-11-9
Penerbit: Pustaka Bayan
Cetakan: I, Maret 2009
Ukuran: 14.5 x 20.9 cm
Halaman: xv + 271 hlm
ISBN: 978-979-3766-11-9
Jual Buku Kiai Politik, Politik Kiai | Toko Buku Aswaja Yogyakarta
Membedah Wacana Politik Kaum Tradisionalis “Sebuah Kajian Tentang Relasi Islam, Kiai dan Kekuasaan Melalui Kitab Kuning dari Lingkungan Pesantren” Ahlus Sunnah wal Jamaah (ASWAJA) tak syak lagi merupakan paradigma untuk menguatkan akar dan peran tradisional kiai sebagai pusat otoritas yang mempunyai kewenangan mengendalikan masyarakat. Keyakinan keagamaan itu diaktifkan oleh para pendukungnya dalam suatu rivalitas, konflik, dan kerja sama. Hal itut ampak misalnya dalam kasus penetapan Pasuruan sebagai “Kabupaten Santri” – dalam sebuah peraturan daerah, lafdul jalalah ‘Dengan Rahmat Allah Yang Maha Esa’ dalam produk hukum, berdirinya Pesantren Sidogiri sebagai Hari Jadi Kabupaten, dan pilihan dalam Pilkada, pilihan dalam Pemilu, serta aktivitas ekonomi syariah merupakan bukti efektifnya ASWAJA.
Kiai berusaha melembagakan perannya dengan menerapkan perkawinan endogami, mempertahankan kesahihan genealogi intelektual (sanad) dan silsilah serta pemimpin tarekat (ijazah irsyad). Keabsahan itu menentukan mu’tabaroh dan ghoiru mu’tabaroh tarekat. Kekuasaan itu semakin mantap disebabkan keberadaannya di tengah masyarakat menjadikan interaksi timbal-balik antara kiai dan masyarakat semakin intensif dan dipertahankan sepanjang hayat, sehingga interaksi tersebut bukan hanya menunjukkan relasi patron-klien melainkan multipleks. Penggunaan keyakinan keagamaan sebagai ekspresi budaya politik kiai berbasis ASWAJA, politik sebagai sarana dan ASWAJA sebagai tujuan berpolitik bagi kiai merupakan pemenuhan kewajiban sebagai warga negara, orang yang menerima amanah Allah SWT mengembang ajaran profetik – sehingga mempunyai kewajiban untuk mengendalikan tindakan politik umat dan melakukan purifikasi keyakinan keagamaan. Setiap kiai mempunyai medan kharisma sendiri yang ditentukan oleh kemampuannya dalam kemampuannya dalam penguasaan keislaman, memenuhi kebutuhan masyarakat, kemampuan supranatural, dan kemampuan mendistribusikan kekuatan supranatural kepada umat. Medan kharisma itu bisa melampaui batas administratif, sehingga setiap perluasan dakwah identik dengan perluasan kharisma ulama.
Masyarakat Tengger yang berinteraksi dengan ajaran Islam dengan atribut ASWAJA misalnya, lebih mudah menerima ajaran Islam ASWAJA karena mengedepankan strategi berdakwah: mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik, dan menunjukkan sikap akomodatif terhadap keyakinan masyarakat, sehingga lebih mudah diterima di masyarakat. Buku ini membedah “jantung” kehidupan sosial-keagamaan kiai yang diungkapkan melalui prosedur penelitian secara terbuka.
Kiai berusaha melembagakan perannya dengan menerapkan perkawinan endogami, mempertahankan kesahihan genealogi intelektual (sanad) dan silsilah serta pemimpin tarekat (ijazah irsyad). Keabsahan itu menentukan mu’tabaroh dan ghoiru mu’tabaroh tarekat. Kekuasaan itu semakin mantap disebabkan keberadaannya di tengah masyarakat menjadikan interaksi timbal-balik antara kiai dan masyarakat semakin intensif dan dipertahankan sepanjang hayat, sehingga interaksi tersebut bukan hanya menunjukkan relasi patron-klien melainkan multipleks. Penggunaan keyakinan keagamaan sebagai ekspresi budaya politik kiai berbasis ASWAJA, politik sebagai sarana dan ASWAJA sebagai tujuan berpolitik bagi kiai merupakan pemenuhan kewajiban sebagai warga negara, orang yang menerima amanah Allah SWT mengembang ajaran profetik – sehingga mempunyai kewajiban untuk mengendalikan tindakan politik umat dan melakukan purifikasi keyakinan keagamaan. Setiap kiai mempunyai medan kharisma sendiri yang ditentukan oleh kemampuannya dalam kemampuannya dalam penguasaan keislaman, memenuhi kebutuhan masyarakat, kemampuan supranatural, dan kemampuan mendistribusikan kekuatan supranatural kepada umat. Medan kharisma itu bisa melampaui batas administratif, sehingga setiap perluasan dakwah identik dengan perluasan kharisma ulama.
Masyarakat Tengger yang berinteraksi dengan ajaran Islam dengan atribut ASWAJA misalnya, lebih mudah menerima ajaran Islam ASWAJA karena mengedepankan strategi berdakwah: mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik, dan menunjukkan sikap akomodatif terhadap keyakinan masyarakat, sehingga lebih mudah diterima di masyarakat. Buku ini membedah “jantung” kehidupan sosial-keagamaan kiai yang diungkapkan melalui prosedur penelitian secara terbuka.
Buku Kiai Politik, Politik Kiai bisa Anda dapatkan di
Toko Buku Aswaja Yogyakarta | Hub. 0896.4675.4375
Jangan lupa kunjungi juga buku kami : Buku Khotbah Jumat membumikan Nilai Ajaran Islam
Toko Buku Aswaja Yogyakarta | Hub. 0896.4675.4375
Jangan lupa kunjungi juga buku kami : Buku Khotbah Jumat membumikan Nilai Ajaran Islam